berasal dari kisah nyata yang belum lama terjadi "Cinta Itu Sementara Sahabat Itu Selamanya"


Cinta Itu Sementara Sahabat Itu Selamanya

Oleh: Hanifah Dwimutia

 

Berawal dari hubunganku dengan Rafit, semuanya menjadi tak karuan. Aku yang saat itu memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Rafit merasa menyesal telah melakukannya. Meski ia  sempat memintaku untuk kembali berhubungan dengannya aku tak peduli entah karena apa.

***

Setelah 6 bulan merasa tak dapat melupakannya atau yang sering disebut gamon atau gagal move on oleh para remaja masa kini, aku memutuskan untuk menghubungi Rafit lagi.

“Ca, mau bantu aku nggak?”

Oca, sahabatku yang selama ini menjadi guru BK menurutku, karena hanya ia satu-satunya tempat tujuanku untuk berkonsultasi. Konsultasi? Ya sudah jelas untuk konsultasi masalah cinta. Sahabat terdekat, maksudku. Nafroza Zara nama aslinya. Dia sering memanggilku Panda karena nama asliku adalah Fanda.

“Emm, pasti masalah cinta bukan? Sudah jelas terlihat dari pipimu yang memerah itu.”

“Tahu aja kamu, eh eh beneran nih aku mau minta bantuanmu. Kamu tahu kan kalo selama ini aku gamon dari Rafit, aku tuh nyesel banget udah mutusin dia.”

“Iya-iya aku tahu, terus maksud kamu, kamu itu mau balikan kan? Udah lah tenang aja, kamu lihat aja nanti dia pasti mau balikan sama kamu. Kamu nggak usah mikirin apa cara aku buat bantuin kamu. Udah kamu tinggal santai aja.”

Akhirnya aku memutuskan untuk memulai mengundangnya lagi agar dapat berkomunikasi dengannya, aku tak peduli lagi dengan rasa gengsi-ku ini. sejak saat itu aku mulai berkomunikasi lagi dengan Rafit. Kami berkomunikasi kaku layaknya orang yang baru saja kenal padahal kami pernah melalui masa-masa bahagia bersama.

“Emm, Fit aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Sebenarnya selama ini tuh aku nggak bisa move on dari kamu, jadi apa kamu masih mau menerimaku?” Tanpa malu tanpa ragu aku mengungkapkannya.

“Hmm, gimana yah, bukannya aku mau menolakmu tapi aku merasa sudah tidak ada rasa lagi kepadamu dan aku juga sempat kesal mengapa dulu kau menolakku saat aku meminta balikan denganmu? Jadi jangan tersinggung ya,.”

“Mengapa? Kenapa kau setega itu? Tapi baiklah aku takkan memaksamu karna itu adalah hak kamu, meski hatiku ini sangat perih menerimanya tetapi aku akan berusaha menerimanya. Tapi hanya satu yang aku mau tahu, sebenarnya apa yang membuatmu begitu teganya menolakku? Apakah karna ada cewek lain?

“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya berbicara seadanya. Benar yang kau katakaan, sebenarnya aku menyukai cewek lain, namanya Oca.”

Awalnya aku pikir ia menyukai Amelia Oca kelas 8-2 ternyata…

“Nafroza Zara, aku menyukainya. Kau kenal kan?”

Saat itu emosiku meningkat tajam sehingga apapun yang ada di depanku sudah aku lahap hancur di tanganku. Oca yang kukira adalah sahabat terbaikku ternyata dia yang disukai oleh Rafit, tidak kusangka sama sekali. Yang ku tahu dia akan membantuku agar bisa balikan dengan Rafit. Malam itu langsung aku hapus kontak Rafit dari hp-ku, aku menangis meratapi nasibku yang malang ini, ditambah dengan iringan musik yang tambah membuat galau yang berasal dari speaker tetangga yang sedang hajatan. Ego-ku seolah sudah tak mau lagi berteman dengan Oca, bahkan sudah kurencanakan untuk menampar Oca di sekolah besok.

lumpuhkanlah ingatanku hapuskan tentang dia

hapuskan memoriku tantangnya

hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia

ku ingin ku lupakannya…

Tiba-tiba hp-ku berbunyi, ternyata ada satu pesan dari Bintang. Dia adalah salah satu teman dekat Rafit. Ia menceritakan semua kebenaran Rafit termasuk penyebab hubunganku dengannya rusak dulu. Setelah aku mengetahui semuanya aku baru sadar bahwa Rafit memang tidak baik untukku, saat itu pula aku mengurungkan niat jahatku kedapa Oca. Justru aku tidak ingin Oca tertipu oleh Rafit karena dia memang bukan orang yang baik. Untung saja Oca tidak menyukai Rafit. Dan mulai saat itu aku lebih dekat dan nyaman berkomunikasi dengan Bintang. Hubunganku dengan Oca pun membaik, serta aku merasa ada harapan dari Bintang, aku mulai menyukainya. Bintang pun mengakui bahwa dirinya tidak mempunyai pacar, itu sebebnya aku semakin ada harapan darinya karena selama ini dia sangat perhatian padaku.

Hingga pada suatu hari aku ingin mengirim pesan pada Bintang ternyata kontaknya sudah hilang dan apakah mungkin ia menghapus kontak-ku dari hp-nya?  Lantas apa yang membuatnya menghapus kontak-ku? Ada banyak pertanyaan timbul di kepalaku, aku hanya berpikir mungkin saja ia tidak sengaja menghapus kontak-ku.

Semua itu terbongkar setelah ada satu anak yang mengadu kepadaku bahwa diluar sana Bintang bercerita bahwa aku adalah pho (perusak hubungan orang) hubungannya dengan pacarnya. Lantas sejak kapankah ia berpacaran? Bukankah selama ini ia mengaku bahwa ia tidak mempunyai pacar? Dalam kondisi itu aku masih tidak paham saja apa maksud dari semua ini.

Dua hari kemudian Bintang mengundangku lagi agar dapat berkomunikasi denganku, padahal aku sudah tak ingin berhubungan dengannya lagi, tapi atas dasar penasaran aku mau menerima kontaknya.

“Fan, maaf karena selama ini aku telah berbohong kepadamu bahwa aku tak mempunyai pacar, sebenarnya selama aku dekat denganmu itu aku sudah mempunyai pacar. Aku terpaksa melakukannya karena aku merasa menyukaimu, dan aku juga minta maaf telah berkata salah kepada teman-temanku, aku menyebar fitnah bahwa kamulah penyebab aku putus dengan pacarku.”

“Setega itukah kau kepadaku? Apa kau tak memikirkan perasaanku? Apa kau sudah tidak mempunyai hati? Aku ini punya perasaan! Aku ini punya hati! Tak seenaknya kau mempermainkanku! Aku sungguh tidak habis pikir kau akan melakukan ini! Kau tahu, semua anak mengecapku sebagai perusak hubungan orang. Sudah, aku tidak peduli lagi denganmu, aku sungguh membencimu!”

Aku menangis karena merasa telah ditipu olehnya, meski rasa sukaku pada Bintang masih ada, entah apa yang akan aku lakukan untuk melupakannya, akan kulakukan. Padahal aku sudah baik-baikan namanya di depan teman-temanku, aku sungguh menyesal telah mengenalnya. Kupikir ia adalah pahlawan yang datang disaat aku sedang ada masalah dengan Rafit, ternyata ia hanya menambah masalah yang ada. Aku benar-benar bingung harus bagaimana.

Sejak saat itu aku memutuskan untuk melupakannya tetapi mengapa ia selalu saja mengirim pesan kepadaku? Aku sungguh tidak nyaman dengan itu. Hingga tanpa pikir panjang aku melontarkan satu kata kasar kepadanya, tetapi mengapa ia pantang menyerah untuk terus mengirim pesan kepadaku? Ia tetap saja perhatian kepadaku padahal disitu aku merasa sangat jijik dengannya.

“Sebenarnya apa maumu? Bukankah sudah kubilang untuk tidak menghubungiku lagi! Aku membencimu! Aku tidak lagi ingin mendengar namamu! Aku ingin melupakanmu! Bahkan saat ini aku sangat ingin menamparmu!”

“Asal kau tahu aku ini benar-benar menyukaimu, aku berniat untuk tetap denganmu, aku ingin kita bisa berpacaran. Aku rela kau tampar jika itu membuatmu puas. Jika ini yang kau mau besok temui saja aku di depan kelas 7-4.”

“Baiklah aku akan datang besok saat istirahat, aku benar-benar ingin menamparmu.”

Besoknya di sekolah aku mengajak satu temanku untuk menemaniku menemui Bintang karena aku benar-benar sudah geram dengannya.

Kulihat di depan kelas 7-4 belum ada siapa-siapa, tapi tak lama Bintang pun datang yang juga ditemani oleh dua orang temannya. Aku sangat bingung harus berkata apa karena bibirku sudah gemetaran sejak semalam. Namun akhirnya terlontar juga beberapa kalimat dari mulutku.

“Apa maksudmu selama ini? Kau hanya menyakiti hatiku! Kau tidak memikirkan perasanku! Aku kira kau itu orang baik! Aku sungguh kecewa! Aku sungguh membencimu!”

Saat itu pula PLAKK!! Telapak tanganku mendarat di pipi sebelah kirinya, emosiku sudah tak terkontrol, entah seperti apa sakitnya karena tanganku sendiri juga merasa perih karena hal itu. Terlihat bekas tanganku yang tergambar merah di pipinya, aku sedikit kasihan melihatnya. Tapi aku tak peduli, ini memang balasan yang pas untuknya bahkan kurang menurutku. Jelas sekali dari raut wajahnya yang terlihat pucat dan gemetaran membuatku seakan ingin menertawakannya. Ia hanya diam dan tak mengucapkan satu kata pun.

Aku langsung pergi meninggalkannya dengan emosi yang sudah mulai reda karena gemas melihat wajahnya tadi. Tak ada perasaan dendam dan kecewa bahkan penyesalan dalam diriku saat ini. aku benar-benar tak ingin berurusan dengannya lagi. Dan aku akan mencari orang yang lebih pantas denganku, asal tidak menyakitiku, itu saja.

Sejak saat itu pun aku tak pernah berkomunikasi dengan Bintang ataupun Rafit lagi karena sudah aku hapus kontak mereka dari hp-ku. Persahabatanku dengan Oca pun tak ada masalah, malah sejak kejadian itu kami menjadi lebih dekat dan mau membuka diri satu sama lain. Jadi kesimpulannya sahabat yang baik itu sangatlah sulit dicari, sahabat yang baik pun takkan pernah pergi selamanya, hanya bagaimana sikap kita menghadapi satu per satu masalah yang muncul. Satu lagi, cinta itu sementara sahabat itu selamanya.

 

 

Komentar